Pengusaha sekaligus YouTuber Raymond Chin merasa takjud dengan fenomena Mie Gacoan, ketika ia bikin konten mengenai mie viral ini di TikTok dan Short, tayangnya bisa sampai jutaan.
CEO Sevenpreneur ini menemukan fakta menarik bahwa Mie Gacoan salah satu bisnis yang menurutnya tidak susah untuk dia riset.
Hal itu karena tidak terlalu banyak publik data untuk membedah hingga model bisnis dan finansial Mie Gacoan.
Meskipun pernah ada beberapa kali insiden, di antaranya kasus belatung yang sampai viral, kasus ojol antre di satu cabang sampai dikerumunin sama karyawan Mie Gacoan.
Keesokannya gantian, teman-teman ojol yang mendatangi ke cabang itu. Juga ada cabang yang tutup gara-gara mesin exhaust berisik.
Mie Pedas Bukan yang Pertama
Salah satu yang ditemukan Raymond Chin adalah ternyata Mie Gacoan bukan Mie Pedas No. 1 di Indonesia yang pertama.
Menurutnya, Mie Gacoan mirip sama kompetitornya, yakni Mie Kober.

Soal kesuksesan, beberapa artikel menyebut cabang Mie Gacoan yang performing bisa sampai Rp100 juta per hari.
Jika dikalikan 30 cabang maka bisa didapat Rp3 miliar, dan jika dikali 100 cabang bisa Rp300 cabang. Kemudian, jika dikali 12 bulan bisa diraih Rp3,6 triliun.
“Tapi itu hitungan goblok banget sih karena gak mungkin semua cabang segitu semua. Tapi walaupun dimasukin margin of error , misalnya per cabang Rp50 juta, plus tadi gue pakai 100 cabang, padahal data terakhir di November 2023 ada 130 cabang. Tetap jatuh-jatuhnya menurut gue ini bisnis mie Rp10 ribu yang omzetnya bisa triliunan,” kata Raymond Chin berbicara di podcast YouTube miliknya.
[irp]
Kenapa Mie Gacoan Bisa Sesukses Sekarang?
Raymond Chin pernah melihat ada yang berkomentar kalau Mie Gacoan merupakan ‘bisnis jiplak’. Dia pun penasaran jiplak siapa? Padahal Mie Gacoan sudah ada sejak 2016.
Sudah berdiri 8 tahun, ternyata ada bisnis mie pedas yang buka tahun 2010, yakni Mie Kober. Bahkan kalau mengunjungi website-nya ada hashtag #PeloporBukanPengekor.
Cabang pertama Mie Kober berdiri di Jalan Bromo, Malang, Jawa Timur. Dia dapat ide membuat bisnis F&B mie karena ikut Kelompok Bermain atau Kober.
“Dan mie pedas itu asal-usulnya dia ngemodifikasi menu mie khas Malang. Dan kalian bakal kaget, menu yang dijual sama Mie Kober itu namanya Mie Iblis, Mie Angel, Mie Setan,” tutur Raymond Chin.
Penamaannya persis sama Mie Gacoan sebelum akhirnya diubah gara-gara isu sertifikasi halal.
Kalau secara price point, Mie Kober juga menjual sekitar Rp9.500 – 10.500 per porsi. Menunya selain dari mie pedas ada dimsum, siomay, sushi, ceker, dan lumpia.
Di 2016, tiba-tiba muncul kompetitor mereka, Mie Gacoan. Gaco itu bahasa Jawanya jagoan.
Mie Gacoan merupakan anak perusahaan PT Pesta Pora Abadi di mana pendirinya ada tiga orang, namun semua orang mengira yang punya Haris Kristanto asal Solo, Padahal dia HRD-nya Mie Gacoan.
[irp]

“Sampai di Instagram dia ada tulisan bionya, ‘Bukan yang punya Mie Gacoan’. Kalau gak salah begitu,” tutur Raymond Chin.
CEO dan founder Mie Gacoan yang sebenarnya Anton Kurniawan. Namun Haris juga punya andil membangun brand Mie Gacoan.
Awalnya memang bertiga, kalau diperhatikan, Mie Gacoan jejaknya mirip Mie Kober. Mulai bisnisnya di Malang -tapi itu kantornya – untuk cabang pertamanya di Kediri.
Ketika memulai namanya bukan Mie Gacoan. Dia udah lewat beberapa kali proses rebranding.
Awalnya mereka jual Mie Nelongso – itu produknya. Tapi tempat makannya itu namanya Warunk Gacoan. Dan waktu itu fokusnya di varian menu-menu mie berkuah.
“Zaman-zaman 2016 tuh Mie Gacoan Kare, dan ada juga Mie Gacoan Tomyam. Waktu itu harganya masih Rp7.000 – 8.000. Sampai sekarang akhirnya mereka punya 132 cabang, rebranding namanya jadi Mie Gacoan, karyawan lebih dari 3.000 orang, dan visinya pengen jadi retaurant chain nomor 1 di Indonesia,” tutur dia.
Lalu, fokusnya di mana? Ketika kamu beli makanan di Mie Gacoan, kamu dapat makanan dan experience yang lebih dari value yang kamu bayar. (*)